Pada hari minggu tanggal 8 mei 2011 diadakan dialog budaya dan kerukunan umat beragama di Kp. Sawah bertempat di Gedung Olah Raga YASFI (Yayasan Pend. Fisabilillah, Pondok Melati, Kota Bekasi). Hadir sebagai nara sumber Budayawan Arsewendo Atmowiloto, Sony Kerap (mantan menteri lingkungan hidup), Gus Nuril dan KH Rahmaddin Afif sebagai tuan rumah. Kegiatan ini follow up dari dijadikannya Kp. Sawah sebagai daerah percontohan kerukunan umat beragama tingkat nasional oleh Departemen agama RI. Kegiatan ini diselelnggarakan komunitas Ngeriung Bareng Kp. Sawah.
Semua nara sumber sepakat bahwa Kp. Sawah adalah sebuah model wilayah yang harus ditiru untuk bekal membangun. Kerukunan menjadi perekat masyarakat untuk menciptakan suasana yang kondusif. Sony Kerap misalnya memaparkan selagi wilayah lain di Indonesia masih berkutat dengan perbedaan dan mencari bentuk yang benar untuk merukunkan diri, Kp. Sawah sudah jauh meninggalkan mereka dalam hal kerukunan umat beragama. Sony Kerap mengaku sangat mengagumi kampung sawah yang sudah memahami kecintaan terhadap kemanusiaan. Gus Nuril sendiri mengingatkan audiens untuk tidak sekedar mengangkat aroma kerukunan di Kp. Sawah ke tingkat nasional tetapi lebih jauh ke Internasional agar menjadi sarana percontohan kerukunan di dunia.
Sementara Budayawan Arswendo mengingatkan peserta tentang peran budaya yang dapat menjadi sarana pencair kerukunan antar kelompok, kekaguman Arswendo terhadap kampung sawah diwujudkan lewat puisinya yang berjudul "Daerah Istimewa Kampung Sawah". Acara dialog sendiri diawali oleh abah KH. Rahmaddin Afif pimpinan Yayasan Pend. Fisabilillah (YASFI) Putera asli Kp. Sawah yang mengembangkan Islam di Kp. Sawah tetapi tetap menjaga kerukunan di Kp. Sawah. beliau mengatakan kerukunan penting untuk modal membangun, tidak mungkin kita dapat membangun bangsa ini tanpa diawali dengan kerukunan, dari kampung sawah untuk bangsa, dari YASFI untuk negeri, dari YASFI kita belajar bahwa hidup ini penuh warna, bahwa perbedaan adalah sunnatullah dan sudah selayaknya kita memenej perbedaan untuk proses integrasi bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar