Oleh : Sholahudin Malik, M.Si
Setelah sekian lama terkesan mati suri, belakangan ini NII kembali menjadi bahan perbincangan di sebagian kalangan masyarakat. Saat ini jumlah anggota NII disinyalir berjumlah 170 ribu orang. Jumlah tersebut memang kecil jika dibandingkan dengan jumlah total penduduk Indonesia. Namun gerakan ini sungguh mengancam NKRI, dan menjadi ujian bagi keutuhan negara. Anggota NII telah masuk ke berbagai sendi-sendi kehidupan masyarakat. Mereka masuk melalui jalur politik, pendidikan hingga ekonomi. Jika gerakan ini tidak segera diatasi, cepat atau lambat gerakan ini tidak hanya berdampak negatif bagi kenyamanan masyarakat, tetapi juga keutuhan negara ini.
Maka jelas dari kaca mata agama NII sesat dan menyesatkan, namun karena gerakan ini OTB (organisasi tanpa bentuk), tidak memiliki asas hukum, tidak ada lembaran sebagai acuan organisasinya, maka sulit untuk di fatwakan haram. Dan karena gerakannya telah merongrong pancasila, ada upaya mengganti ideologi negara maka yang bertindak haruslah pemerintah, karena perbuatan itu tergolong makar dengan membangun negara dalam negara.
Para ulama sendiri menganggap NKRI telah final, ideal diterapkan di negara seperti Indonesia. Maka upaya-upaya untuk merongrong kedaulatan negara harus ditindak tegas. Namun, ketegasan itu juga perlu diimbangi dengan sosialisasi dan kegiatan konkrit untuk mencintai negara ini.
Demikian juga dalam hal tertib sosial, ketaatan kepada otoritas pemerintah disejajarkan dengan ketaatan kepada kepada Tuhan dan Rasul, athi`ullah wa athi`ur rasul wa uli al amri minkum (Q/4:59) . Dari hadis Nabi juga dapat diketahui bahwa rahmat Allah itu harus dipancing dengan komitmen sosial; irhamu man fi al ardhi yarhamukum man fi as sama. Itu artinya kekerasan, radikalisme bukanlah wajah agama.
Membangun Masyarakat, Membangun Karakter Bangsa
Secara lahir, masyarakat nampaknya terbangun secara alamiah, tetapi bagi pemimpin, masyarakat itu harus dibangun. Membangun apa saja harus ada konsepnya. Bangunan tanpa konsep atau salah konsep akan berakibat rusaknya tatanan, Indonesia adalah negeri dengan jumlah pemeluk Islam terbesar di dunia, tetapi bangunan masyarakat Indonesia belum tentu bisa disebut masyarakat Islam, (masyarakat muslim ok) Buktinya bangsa kita Dewasa ini sedang diterpa berbagai predikat negatif, yang menjadikan agama yang dianut seakan tidak relevan dengan kualitas masyarakatnya.
Membangun karakter dewasa ini sama sulitnya seperti menebar benih di musim kemarau, tidak tumbuh. Tetapi jika tidak ada yang menebar benih di musim kemarau, nanti ketika musim hujan yang tumbuh hanya alang-alang. Sekaranglah sebenarnya momentum membangun karakter bangsa, dimana radikalisme dan kekerasan terjadi dimana-mana, kriminalitas dengan pencucian otak menebar, mafioso menjadi panglima dan kejujuran menjadi sesuatu yang langka di negeri ini.
Untuk membangun atau merevitalisasi pendidikan karakter tentu perlu dukungan dan kerjasama seluruh komponen bangsa. Dalam hal ini lembaga pendidikan berperan sebagai motor penggerak yang terus menyerukan dan mensosialisasikan pendidikan karakter. Sekolah maupun kampus harus mengintegrasikan nilai-nilai moral positif dalam setiap mata pelajaran dan perkuliahan. Pesantren sebenarnya telah lebih dulu dan merupakan lembaga yang secara konsisten membangun karakter ini dengan penanaman nilai-nilai dan akhlakul karimah.
Di luar itu semua, pemerintah harus lebih responsif dalam menyikapi gejala-gejala yang timbul dalam masyarakat. Pendekatan kepada kelompok-kelompok yang dianggap ekstrim harus mempertimbangkan sisi sosiologis dan psikologis. Dengarkan apa aspirasi mereka yang sejatinya masih bagian dari bangsa Indonesia. Namun apabila diperlukan, tindakan tegas tanpa kompromi patut diberikan bagi mereka yang telah meresahkan masyarakat. Intelejen harus lebih jeli melihat fenomena setiap gerakan yang dapat membahayakan dan meresahkan kehidupan masyarakat
Ulama sebagai orang yang paling dekat dengan masyarakat memiliki peran yang sangat urgent untuk menangkal gerakan NII, ulama, ustadz/guru harus dapat memberikan pemahaman terus-menerus kepada ajaran agama yang benar, sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. Mengingatkan terus menerus akan bahaya NII di setiap forum pengajian, majelis taklim dan tempat-tempat pendidikan. Mengingatkan akan pentingnya patriotisme dan kecintaan kepada tanah air. Para elit Islam juga harus memberikan suri tauladan kepada masyarakat.
Menegakkan syari’at Islam di bumi Allah SWT. sudah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim di dunia ini. Kewajiban ini bukannya tak berlaku lagi ketika kekhalifahan Islam telah melewati masa keemasannya. Justru sebaliknya, kita sebagai pribadi, yang merupakan bagian dari umat Islam di seluruh dunia, harus menanamkan nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan memulainya dari diri kita masing masing. Membangun karakter dengan menerapkan Islam yang benar, memiliki moralitas yang tinggi merupakan suatu awal yang baik menuju negara yang baldhatun thoyyibatun wa robbun ghofur”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar